A. LAHIRNYA AGAMA ISLAM DI JAZIRAH ARAB
Pada abad ke-7 di jazirah Arab muncul agama Islam yang disiarkan oleh Nabi Muhammad saw. Islam berarti selamat , damai, dan pasrah kepada Allah.
Nabi Muhammad dilahirkan pada zaman jahiliyah, tepatnya pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau 20 April 571 M. Ayahnya bernama Abdullah dan ibunya bernama Aminah. Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah.Pada malam 17 Ramadhan atau 6 Agustus 610 M, Nabi Muhammad didatangi Malaikat Jibril dan Muhammad menjadi utusan Allah (Rasulullah).
Pada 12 Rabiul Awal 11 H (8 Juni 632 M), Nabi Muhammad wafat, dalam usia 63 tahun. Setelah itu, penyebarluasan agama Islam di lanjutkan para Khalifah.
Di Indonesia agama Islam masuk dibawa para pedagang dari Arab, Persia dan Gujarat.
B. KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai dianggap sebagai kerajaan pertama di Indonesia. Letaknya di pantai timur Sumatra, sekitar Sungai Jambu Air dengan sungai Pasai daerah Lhokseumawe. Ibu kota kerajaan semula terletak di Samudra, lalu pindah ke Pasai.
Kerajaan Samudra Pasai merupakan gabungan dari dua kerajaan yang bersebrangan, yaitu kerajaan Samudra dan karajaan Pasai. Penggabungan itu dilakukan oleh Merah Silu, yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Malik As – Saleh. Bukti kerajaan ini diperkuat oleh keterangan Maco Polo, seorang pedagang dari Venesia (Italia).
Setelah Sultan Malik As – Saleh menikah dengan putri Ganggang dari Perlak, Kerajaan Perlak di satukan dengan Samudra Pasai, tahun 1292. Tahun 1345, seorang pedagang dari Maroko, Ibnu Batutah mengunjungi Samudra Pasai.
Menjelang akhir abad ke-14 Samudra Pasai diliputi suasana kekacauan dan perebutan kekuasaan. Setelah tahun 1524 Kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Aceh.
2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh sebenarnya telah berdiri sejak tahun 1204, namun belum berdaulat karena berada dibawah pengaruh kekuasaan Pedir. Aceh baru berdaulat sejak tampilnya Sultan Ali Mughayat Syah.
Munculnya Aceh sebagai sebuah kerajaan besar diperkuat pula oleh peristiwa jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511.
Puncak kejayaan Aceh terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, dan wilayah kekuasaannya semakin luas, serta dibidang budayamuncul ahli-ahli sastra.
Sultan Iskandar Muda di gantikan oleh Sultan Iskandar Thani. Saat itu Aceh masih dapat mempertahankan kebesarannya. Setelah Iskandar Thani wafat, Aceh mulai mengalami kemunduran. Akhirnya banyak daerah yang melepaskan diri dari Aceh, karena Belanda berhasil mempraktekkan politik adu domba.
3. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Didirikan oleh Raden Patah, sekitar tahun 1500. Lahirnya kerajaan Demak mendapat dukungan dari ulama dan pembesar di Jawa Timur, seperti Tuban, Gresik. Peranan Demak semakin besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis. Banyak pedagang yang memutuskan tidak berdagang lagi ke Malaka. Kebanyakan mereka pergi ke Demak atau Banten. Inilah yang menjadikan Demak sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam.
Perluasan kekuasaan Portugis, sempat membuat Demak khawatir. Tahun 1513 armada Demak di bawah pimpinan putera Raden Patah, yaitu Pati Unus, melakukan penyerangan terhadap kedudukan Portugis di Malaka. Tahun 1518 Pati Unus menduduki tahta. Hanya tiga bulan, dan digantikan oleh Sultan Trenggono.
Gugurnya Sultan Trenggono ternyata menciptakan pertikaian baru diantara kerabat kerajaan, terutama antara Pangeran Sekar Sedo Lepen, Arya Penangsang, merasa berhak menjadi raja. Melihat hal itu, Arya Pangiri, putera Pangeran Prawoto akhirnya meminta bantuan Arya Penangsang, tahun 1568. Mahkota karajaan pun berpindah tangan. Adiwijaya memindahkan ibu kota kerajaan ke Pajang.
4. Kerajaan Banten
Sultan Trenggono bekerjasama dengan Fatahillah membendung pengaruh Portugis di Pulau Jawa. Kemudian Fatahillah diperintahkan untuk menaklukkan bandar Pajajaran. Tahun 1526 armada Demak berhasil menguasai Banten. Tahun 1527, pelabuhan Sunda Kelapa berhasil direbut dan namanya diubah menjadi Jayakarta.
Dalam waktu yang singkat seluruh pantai utara Jawa Barat dapat di kuasai. Fatahillah akhirnya menjadi ulama besar yang terkenal dengan nama Sunan Gunung Jati, yang berkedudukan di Cirebon.
Fatahillah memimpin Banten sampai tahun 1552. Kemudian digantikan oleh putera keduanya yang bernama Hasanuddin. Pada masa pemerintahannya, Banten dinyatakan lepas dari kekuasaan Demakdan berdiri sebagai sebuah negara. Karena itu, Hasanuddin dianggap sebagai Sultan Banten pertama.
Selama masa pemerintahannya, Sultan Hasanuddin berhasil membangun Banten sebagai pelabuhan yang ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai bangsa. Setelah Sultan Hasanuddin wafat tahun 1570, ia digantikan puteranya, Maulana Yusuf.
Tahun 1579 Maulana Yusuf menaklukan kerajaan Pajajaran, dan sekaligus menyingkirkan rajanya, Prabu Sedah. Setalah wafat, Maulana Yusuf di gantikan Maulana Muhammad yang baru berusia 9 tahun. Karena usia raja yang sangat muda, pemerintahan dijalankan oleh Mangkubumi Jayanegara, sampai Sultan dewasa. Dalam penyerangan ke Palembang, Banten mangalami kekalahan dan Maulana Muhammad tewas dalam pertempuran itu.
Maulana Muhammad digantikan Panembahan Ratu. Berhubung masih teramat kecil, pemeritahan dijalankan oleh Mangkubumi Ranamanggala. Saat itulah pertama kalinya bangsa Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat di Banten.
5. Kerajaan Gowa dan Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih sering di sebut Kerajaan Makassar. Kerajaan ini semula terdiri atas dua karajaan yakni Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Keduanya bergabung menjadi Kerajaan Makassar. Setelah bergabung, raja Gowa menjadi raja Makassar dan bergelar Sultan Allauddin. Sementara raja Tallo menjadi perdana mentri (patih) Makassar dan bergelar Sultan Abdullah. Makassar memiliki letak yang strategis, yaitu di semenanjung barat daya Sulawesi.
Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. Ia memerintah dari tahun 1653 – 1669. Dalam masa pemerintahannya , Makassar mengalami perkembangan yang pesat. Banyak kerajaan kecil di sekitar Sulawesi Selatan yang berhasil di kuasai. Sultan Hasanuddin ingin menjadikan Makassar sebagai pusat kegiatan perdagangan di Indonesia bagian timur. Tetapi, Sultan menghadapi tantangan dari balanda. Keberanian Sultan Hasanuddin menjadi dasar pemberian julukan “Ayam Jantan dari Timur”.
Dengan bantuan raja Bone, Aru Palaka. Belanda berhasil mendesak pasukan Makassar dan merebut ibu kota kerajaan.
6. Kerajaan Ternate dan Tidore
Sejak abad ke-13, Maluku sudah ramai dikunjungi pedagang Islam dari Jawa dan Melayu. Berdatangan pula mubaligh dari Jawa Timur untuk mengajarkan agama Islam, yaitu Sunan Giri dan Gresik.
Di Maluku, ada dua kerajaan yang cukup besar, yaitu Kerajaan Ternate dan Tidore. Kerajaan Ternate berdiri pada abad ke-13. Ibu kota karajaan berada di Simpalu.
Antara kerajaan Ternate dan Tidore terjadi persaingan dalam hal memperluas wilayah kekuasaan maupun perdagangan. Untuk itu masing – masing kerajaan membentuk persekutuan dengan daerah yang dipengaruhinya. Persekutuan itu di kanal dengan nama Uli Siwa (persekutuan sembilan) yang dipimpin oleh Kerajaan Tidore dan Uli Lima (persekutuan lima) yang dipimpin oleh Kerajaan Ternate.
Ketika bangsa Portugis masuk ke Maluku tahun 1512, Kerajaan Ternate langsung merangkul menjadi sekutunya. Bahkan Portugis diizinkan membangun bentengnya di Ternate, yang diberi nama Soo Paulo. Demikian pula ketika bangsa Spanyol masuk Maluku tahun 1521, Kerajaan Tidore langsung mengajak bersekutu. Konflik kedua negara ini diselesaikan dalam meja perundingan yang dikenal dengan nama Perjanjian Saragosa.
Pada tahun 1575, Kerajaan Ternate dibawah pimpinan Sultan Baabullah berhasil menghancurkan benteng Portugis di Maluku. Sementara raja Tidore yang terkenal adalah Sultan Nuku. Ia berhasil memperluas wilayahnya bersamaan dengan penyebaran agama Islam pun dilakukan di daerah yang dikuasai. ...
No comments:
Post a Comment